MELAWAN PENYAKIT DENGAN PENUH RASA
OPTIMIS
Judul
Novel : Things I Know About Love (Yang Kutahu
Tentang Cinta)
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Kota
terbit : Jakarta
Tahun
terbit : 2010
Tebal
: 176 Halaman
Harga : Rp. 32.000
Hidup percintaan di kalangan remaja saat ini sudah sangat marak sekali.
Khususnya bagi orang-orang asing seperti di luar negeri. Tetapi tidak bisa
dipungkiri bahwa remaja negara kita pun sangat tak asing lagi dengan kata
“pacar” ataupun “percintaan”. Tapi diperlukan
pengetahuan juga untuk menjalankan sebuah hubungan dalam memiliki kekasih ini.
Karena bagi siapapun yang tidak mengetahui apapun, baik buruknya suatu hubungan
pacaran ini, tentulah pribadi Anda sendiri yang akan terjerumus dalam hal-hal
yang negatif.
Livia Stowe, seorang gadis London yang sebentar
lagi lulus dari high school, dan pada musim liburan kali ini ia
memutuskan terbang ke Princeton, Amerika Serikat untuk mengunjungi kakak
lelakinya, Jeff, yang kuliah di sana. Oleh sebab leukimia yang dideritanya,
Ibunya dan Jeff khawatir atas perjalanan itu. Namun, Livia tetap berangkat.
Selain untuk berlibur, dia juga ingin merenungkan tentang cinta. Kebetulan dia
memang baru putus dari Luke mantan pacarnya.
Dan, di Amerika Livia justru bertemu
dengan cowok-cowok Inggris juga, padahal dia sudah berjanji untuk bermain cinta
dengan stranger (orang asing). Lalu, masuklah Adam ke kehidupan Livia. Tapi,
apakah Livia akan menyambut uluran cinta dari Adam? Bagaimana jika Adam juga
menjauh setelah tahu bahwa ia menderita kanker? Temukan petualangan Livia
mencari makna cinta hingga ke New York dalam NOVEL karya Kate Le Vann bertajuk Things
I Know About Love
ini.
Menderita suatu penyakit parah adalah
pukulan telak bagi siapa pun. Jika kemudian
seseorang mampu bangkit dan bersabar atasnya, maka masa depan dapat
dikendalikannya. Sebaliknya, jika seseorang sudah luruh dan tak bersemangat,
maka masa depan suram akan membayangi setiap jejak langkahnya. Dan, Livia,
meskipun awalnya kurang semangat, kemudian demi keluarganya ia berjuang untuk
sehat. Apalagi ia juga punya teman-teman yang mendukungnya.
***
***
NOVEL dibuka dengan perjalanan Livia
Stowe yang sedang dalam perjalanan terbang menuju ke Princeton sendirian untuk
menemui kakaknya. Kepergian Livia untuk menyusul kakaknya yang sedang
bersekolah di Princeton, Noo Joisey karena sudah satu tahun tidak pulang ke
Inggris, membuat adiknya, Livia harus menemui kakaknya di Princeton dengan
bepergian sendirian. Walaupun sebenarnya Livia sedang sakit pada saat itu, tapi
Livia tak peduli. Karena Livia sudah merindukan kakaknya. Lagi pula ia ingin
mencari pengalaman baru disana. Dan sebenarnya Livia sedih karena harus
meninggalkan ibunya sendirian di Inggris. Tapi Livia telah membulatkan tekad
untuk pergi dan akan menghubungi ibunya jika terjadi sesuatu yang tidak beres.
Livia memiliki hobi menulis pengalamannya di blog pribadinya yang tak bisa
dilihat seorang pun apa yang ia tulis (hlm. 6).
Beberapa hari setelah tiba di tempat
Jeff, kakaknya Livia, Jeff ternyata sudah lama menaruh hati kepada teman
kuliahnya, Krystina. Lalu Jeff memberitahu Livia bahwa ia menaksir gadis yang
bernama Krystina itu. Tetapi Jeff masih belum memiliki keberanian untuk
mengatakannya. Lalu Livia mencoba mencari informasi mengenai Krystina. Akhirnya
setelah Livia berhasil berteman dengan Krystina, ternyata Krystina orang yang
baik. Dan telah menganggap Livia sebagai adik perempuannya. Krystina sering
pergi berbelanja pakaian dengan Livia, pergi makan malam, sarapan, dan
sebagainya. Ia sering menghabiskan waktu bersama Livia. Lalu mereka akrab. Lalu
diberitahu kakaknya bahwa gadis yang bernama Krystina itu merupakan gadis yang
cocok untuk kakaknya, Jeff. Dan Livia piker bahwa Krystina pun menyukai Jeff
(hlm. 63).
sumber: http://amrina7x.blogspot.com/
Jeff memiliki teman yang bernama Adam.
Nah karena Adam sering sekali mengunjungi Jeff dan Adam ini pun sudah kenal
dengan adiknya Jeff, Livia. Adam pernah bertemu dengan adiknya ini disuatu
tempat, dan ternyata sampai sekarang mereka berdua masih diberi kesempatan
untuk bertemu. Adam sering sekali mengajak adiknya Jeff, Livia untuk pergi
jalan-jalan. Lalu tak beberapa lama Adam menaruh hati kepada Livia, adiknya
Jeff. Adam selalu mencari-cari alasan untuk menemui Livia melalui kakaknya,
Jeff. Ada saja alasan untuk pergi makan keluar mengajak Jeff da adiknya, Livia.
Adam melakukan itu agar ia dapat bertemu Livia (hlm. 65).
Banyak lelaki yang Livia temui disana,
ditempat baru itu, tetapi dari sekian banyak pria itu, hanya Adam yang ia rasa
sangat cocok dengannya. Dan juga karena sifat Adam yang terlalu banyak memberi
perhatian kepadanya, membuat hati si gadis kecil itu luluh. Adam juga sebenarnya
teman baik kakaknya Livia, Jeff. Itulah kenapa Adam sering sekali menghubungi
Jeff hanya untuk mengetahui keadaan Livia. Livia pun menaruh hati kepada Adam.
Dan Jeff mengetahui hal itu. Tetapi Jeff tidak melarang Livia, Jeff hanya
khawatir dengan kondisi adiknya yang pernah mengalami sakit yang serius. Jeff
takut adiknya kelelahan jika terlalu sering jalan-jalan bersama Adam. Hampir
setiap hari (hlm. 102).
Adam
dan Livia sudah sangat akrab, saling memberitahu hal-hal kesukaan mereka,
bahkan hobi mereka. Lalu Livia memberitahu ke Adam bahwa ia sangat suka menulis
di blog pribadinya, walaupun blog itu tidak bias dibaca umum. Karena dengan
menulis diary di blog itu, memudahkan Livia untuk menulis blog kapanpun yang ia
mau dan dimanapun dia berada asalkan sinyal internet dapat dijangkaunya. Adam
pun penasaran dengan apa yang Livia tulis di blognya, ia bertanya-tanya apakah
ada namanya atau tidak didalam tulisan-tulisan blog-nya Livia.
Mendengar hobinya Livia yang menarik
itu, Adam pun tertarik untuk mencoba hal itu. Ia memulai hal baru yaitu
menuliskan isi hatinya mengenai Livia di blog Adam yang baru itu. Semua isi
hati Adam kepada Livia ditulisnya di blog tersebut, dan berharap agar Livia
memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Ia belum tahu bahwa Livia sudah
menaruh hati juga padanya.
Tak
lama kemudian Adam meminta Livia untuk menjadi pacarnya, sebenarnya Livia
sangat senang ketika Adam mengatakan itu, tetapi ia kembali teringat akan
penyakitnya. Dan ia bersedih serta memberitahu Adam, Livia takut jika Adam akan
meninggalkannya dan menarik kata-katanya kembali jika Adam tahu bahwa Livia
memiliki penyakit. Tapi ternyata Adam sudah tahu mengenai hal itu sebelum Livia
memberitahu, karena kakaknya pernah cerita kepada Adam. Dan baiknya lagi, Adam
menerima Livia apa adanya. Ia akan menjadi penyemangat hidup Livia . Livia
sangat senang. Maka dari itu, Livia menerima cinta Adam. Hari demi hari mereka
lalui bersama, pergi menonton bioskop, makan malam, sarapan, dan hal lainnya. Adam benar-benar telah membuat
Livia jatuh hati kepadanya. Dan Livia menuliskan di blog-nya mengenai isi
hatinya. “Jatuh cinta adalah suatu hal yang paling indah di dunia.” (hlm. 158).
Suatu
ketika Adam berencana untuk mengajak Livia jalan-jalan seharian. Mengelilingi
kota New York bersama Adam. Mendengar bahwa Adam akan mengajaknya mengunjungi
Empire State Building yang terkenal di New York itu, Livia tak bisa menolaknya.
Karena Livia sangat menginginkannya. Jika Livia memberitahu kakaknya, tentunya
Jeff tak akan mengizinkan Livia pergi. Jadi Livia tak memberitahu Jeff, tetapi
hanya memberitahunya lewat surat yang ia tinggalkan dirumah. Ketika Jeff
membaca pesan tersebut, Jeff terkaget dan khawatir. Ia langsung menelpon Livia.
Lalu Livia mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja. Jeff tak perlu khawatir.
Tapi tetap saja sebagai kakak, Jeff sangat khawatir dengan adiknya yang
memiliki penyakit Leukimia itu. Ia takut jika Livia kenapa-kenapa. Lalu Jeff berpesan kepada Adam untuk menjaga
adiknya dengan baik. Dan Adam mengatakan iya kepada Jeff. Ia akan berusaha
semaksimal mungkin untuk menjaga Livia.
Tapi
apa boleh buat, jika ajal memang sudah di atur, maka tak ada yang bisa
menghaanginya. Tak lama setelah mereka
berjalan-jalan dan melihat-lihat, Livia merasakan bahwa gedung yang ia lihat
itu akan roboh dan matanya berkunang-kunang dan tak lama setelah itu, tangan
Livia dingin dan ia jatuh pingsan. Adam sangat khawatir sekali saat itu, ia
langsung menelpon kakaknya Livia, Jeff. Tetapi Livia melarangnya. Ketika
melihat Livia pingsan, Adam merasa sangat bersalah. Ia merasa bahwa gara-gara
ia yang mengajak Livia untuk berjalan-jalan, Livia terlau lelah dan jatuh
pingsan.
Tapi
syukurlah, Livia masih sempat sadar sebelum ia meninggalkan semuanya. Livia dan
keluarganya serta Adam kekasihnya, sempat memiliki waktu untuk mengobrol. Adam
sangat terpukul melihat kondisi Livia yang semakin melemah. Adam meminta Livia
untuk tidak meninggalkannya. Dan Livia mengatakan bahwa Livia sangat
mencintainya. Tak lama setelah itu Livia meninggal. Adam mendapat kabar bahwa
Livia terserang radang paru-paru dan antibiotic tak dapat menolongnya. Adam
sangat terpukul. Begitu terpukul. Mengapa harus secepat ini Livia
meninggalkannya? Mengapa ia tak diberi kesempatan untuk membahagiakan Livia
sepenuhnya? Mengapa? Tetapi pertanyaan-pertanyaan itu membuat Adam sadar, bahwa
jika memamng sudah ajalnya, tak seorang pun bisa memajukan atau memundurkannya.
Adam tahu bahwa ibunya Livia pasti akan menyalahkannya, Adam sudah siap untuk
dihukum oleh ibunya karenanya lah Livia menderita. Tetapi ternyata ibu Livia
tidak memarahinya, justru ibu Livia dating menghampiri Adam dan memeluknya.
Berusaha untuk menenangkannya. (hlm. 171).
***
Bagaimana ending-nya? Kisah ini
sebenarnya sangat dramatis, namun entah mengapa setitik air mata pun tak jatuh
dari kelopak mata saya. Sekilas saya sempat tersentuh, namun tak lama menjadi
biasa saja. Namun demikian, saya suka dengan karakter Livia dan Adam. Sejoli
yang sama-sama menyimpan rasa, tapi sulit mengungkapkannya. Livia, sebagai
seorang perempuan dan beban penyakitnya, enggan memulai. Sedangkan, Adam adalah
teman Jeff yang merasa canggung harus mendekati adik sahabatnya, meski hatinya
sudah terpaut pada Livia. Bagi saya, tarik ulur ini begitu manis, karena
kecanggungan di antara keduanya merupakan refleksi keseharian.
Membaca novel ini justru akan menjadi
penyemangat hidup bagi orang-orang memiliki penyakit yang sulit disembuhkan,
karena semangat hidup yang dimiliki oleh tokoh Livia ini justru akan menjadi
penambah penyemangat hidup. Karakternya yang penuh dengan rasa pantang menyerah.
Tokoh Adam yang sangat setia pada sang kekasih dan dapat menerima kekasihnya
dengan apa adanya ini sangat menarik sekali. Walau cerita ini hanya fiktif
belaka, dapat kita pelajari maknanya bahwa sebagai lelaki yang gentlemen ialah lelaki yang tak akan membiarkan
gadisnya dalam kondisi lemah. Cerita ini sebenarnya sederhana walau fiktif,
tetapi mungkin diantara kalian yang membaca novel ini adalah salah satunya yang
pernah mengalami kejadian serupa.
Namun di novel ini tak menjelaskan
mengenai kehidupan Adam setelah ditinggal oleh kepergian Livia setelahnya yang
justru akan membuat pembaca semakin penasaran, karena ceritanya yang
menggantung. Tetapi dengan adanya pemaparan di akhir halaman bahwa Adam tak
ingin terlalu tenggelam dalam kesedihan cinta yang berlarut-larut itu cukup
memperjelas pembaca.
Dan dengan cover-nya yang menarik,
seperti berwarna merah muda dan dengan gambar gadis yang termangu di depan
komputernya, sangat memperlihatkan kehidupan remaja yang seperti sekarang ini.
0 komentar:
Posting Komentar