Pages

Sabtu, 09 November 2013

Resensi Novel Things I Know About Love


MELAWAN PENYAKIT DENGAN PENUH RASA OPTIMIS


Judul Novel    : Things I Know About Love (Yang Kutahu Tentang Cinta)
Penulis            : Kate Le Vann
Penerbit         : PT Gramedia Pustaka Utama
Kota terbit     : Jakarta
Tahun terbit   : 2010
Tebal             : 176 Halaman
Harga             : Rp. 32.000




       Hidup percintaan di kalangan remaja saat ini sudah sangat marak sekali. Khususnya bagi orang-orang asing seperti di luar negeri. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa remaja negara kita pun sangat tak asing lagi dengan kata “pacar” ataupun “percintaan”.  Tapi diperlukan pengetahuan juga untuk menjalankan sebuah hubungan dalam memiliki kekasih ini. Karena bagi siapapun yang tidak mengetahui apapun, baik buruknya suatu hubungan pacaran ini, tentulah pribadi Anda sendiri yang akan terjerumus dalam hal-hal yang negatif.
Livia Stowe, seorang gadis London yang sebentar lagi lulus dari high school, dan pada musim liburan kali ini ia memutuskan terbang ke Princeton, Amerika Serikat untuk mengunjungi kakak lelakinya, Jeff, yang kuliah di sana. Oleh sebab leukimia yang dideritanya, Ibunya dan Jeff khawatir atas perjalanan itu. Namun, Livia tetap berangkat. Selain untuk berlibur, dia juga ingin merenungkan tentang cinta. Kebetulan dia memang baru putus dari Luke mantan pacarnya.
Dan, di Amerika Livia justru bertemu dengan cowok-cowok Inggris juga, padahal dia sudah berjanji untuk bermain cinta dengan stranger (orang asing). Lalu, masuklah Adam ke kehidupan Livia. Tapi, apakah Livia akan menyambut uluran cinta dari Adam? Bagaimana jika Adam juga menjauh setelah tahu bahwa ia menderita kanker? Temukan petualangan Livia mencari makna cinta hingga ke New York dalam NOVEL karya Kate Le Vann bertajuk Things I Know About Love ini.
Menderita suatu penyakit parah adalah pukulan telak bagi siapa pun. Jika kemudian  seseorang mampu bangkit dan bersabar atasnya, maka masa depan dapat dikendalikannya. Sebaliknya, jika seseorang sudah luruh dan tak bersemangat, maka masa depan suram akan membayangi setiap jejak langkahnya. Dan, Livia, meskipun awalnya kurang semangat, kemudian demi keluarganya ia berjuang untuk sehat. Apalagi ia juga punya teman-teman yang mendukungnya.
                                                           ***
NOVEL dibuka dengan perjalanan Livia Stowe yang sedang dalam perjalanan terbang menuju ke Princeton sendirian untuk menemui kakaknya. Kepergian Livia untuk menyusul kakaknya yang sedang bersekolah di Princeton, Noo Joisey karena sudah satu tahun tidak pulang ke Inggris, membuat adiknya, Livia harus menemui kakaknya di Princeton dengan bepergian sendirian. Walaupun sebenarnya Livia sedang sakit pada saat itu, tapi Livia tak peduli. Karena Livia sudah merindukan kakaknya. Lagi pula ia ingin mencari pengalaman baru disana. Dan sebenarnya Livia sedih karena harus meninggalkan ibunya sendirian di Inggris. Tapi Livia telah membulatkan tekad untuk pergi dan akan menghubungi ibunya jika terjadi sesuatu yang tidak beres. Livia memiliki hobi menulis pengalamannya di blog pribadinya yang tak bisa dilihat seorang pun apa yang ia tulis (hlm. 6).
Beberapa hari setelah tiba di tempat Jeff, kakaknya Livia, Jeff ternyata sudah lama menaruh hati kepada teman kuliahnya, Krystina. Lalu Jeff memberitahu Livia bahwa ia menaksir gadis yang bernama Krystina itu. Tetapi Jeff masih belum memiliki keberanian untuk mengatakannya. Lalu Livia mencoba mencari informasi mengenai Krystina. Akhirnya setelah Livia berhasil berteman dengan Krystina, ternyata Krystina orang yang baik. Dan telah menganggap Livia sebagai adik perempuannya. Krystina sering pergi berbelanja pakaian dengan Livia, pergi makan malam, sarapan, dan sebagainya. Ia sering menghabiskan waktu bersama Livia. Lalu mereka akrab. Lalu diberitahu kakaknya bahwa gadis yang bernama Krystina itu merupakan gadis yang cocok untuk kakaknya, Jeff. Dan Livia piker bahwa Krystina pun menyukai Jeff (hlm. 63).
sumber:  http://amrina7x.blogspot.com/
Jeff memiliki teman yang bernama Adam. Nah karena Adam sering sekali mengunjungi Jeff dan Adam ini pun sudah kenal dengan adiknya Jeff, Livia. Adam pernah bertemu dengan adiknya ini disuatu tempat, dan ternyata sampai sekarang mereka berdua masih diberi kesempatan untuk bertemu. Adam sering sekali mengajak adiknya Jeff, Livia untuk pergi jalan-jalan. Lalu tak beberapa lama Adam menaruh hati kepada Livia, adiknya Jeff. Adam selalu mencari-cari alasan untuk menemui Livia melalui kakaknya, Jeff. Ada saja alasan untuk pergi makan keluar mengajak Jeff da adiknya, Livia. Adam melakukan itu agar ia dapat bertemu Livia (hlm. 65).
Banyak lelaki yang Livia temui disana, ditempat baru itu, tetapi dari sekian banyak pria itu, hanya Adam yang ia rasa sangat cocok dengannya. Dan juga karena sifat Adam yang terlalu banyak memberi perhatian kepadanya, membuat hati si gadis kecil itu luluh. Adam juga sebenarnya teman baik kakaknya Livia, Jeff. Itulah kenapa Adam sering sekali menghubungi Jeff hanya untuk mengetahui keadaan Livia. Livia pun menaruh hati kepada Adam. Dan Jeff mengetahui hal itu. Tetapi Jeff tidak melarang Livia, Jeff hanya khawatir dengan kondisi adiknya yang pernah mengalami sakit yang serius. Jeff takut adiknya kelelahan jika terlalu sering jalan-jalan bersama Adam. Hampir setiap hari (hlm. 102).
 Adam dan Livia sudah sangat akrab, saling memberitahu hal-hal kesukaan mereka, bahkan hobi mereka. Lalu Livia memberitahu ke Adam bahwa ia sangat suka menulis di blog pribadinya, walaupun blog itu tidak bias dibaca umum. Karena dengan menulis diary di blog itu, memudahkan Livia untuk menulis blog kapanpun yang ia mau dan dimanapun dia berada asalkan sinyal internet dapat dijangkaunya. Adam pun penasaran dengan apa yang Livia tulis di blognya, ia bertanya-tanya apakah ada namanya atau tidak didalam tulisan-tulisan blog-nya Livia.
Mendengar hobinya Livia yang menarik itu, Adam pun tertarik untuk mencoba hal itu. Ia memulai hal baru yaitu menuliskan isi hatinya mengenai Livia di blog Adam yang baru itu. Semua isi hati Adam kepada Livia ditulisnya di blog tersebut, dan berharap agar Livia memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Ia belum tahu bahwa Livia sudah menaruh hati juga padanya.
            Tak lama kemudian Adam meminta Livia untuk menjadi pacarnya, sebenarnya Livia sangat senang ketika Adam mengatakan itu, tetapi ia kembali teringat akan penyakitnya. Dan ia bersedih serta memberitahu Adam, Livia takut jika Adam akan meninggalkannya dan menarik kata-katanya kembali jika Adam tahu bahwa Livia memiliki penyakit. Tapi ternyata Adam sudah tahu mengenai hal itu sebelum Livia memberitahu, karena kakaknya pernah cerita kepada Adam. Dan baiknya lagi, Adam menerima Livia apa adanya. Ia akan menjadi penyemangat hidup Livia . Livia sangat senang. Maka dari itu, Livia menerima cinta Adam. Hari demi hari mereka lalui bersama, pergi menonton bioskop, makan malam, sarapan, dan  hal lainnya. Adam benar-benar telah membuat Livia jatuh hati kepadanya. Dan Livia menuliskan di blog-nya mengenai isi hatinya. “Jatuh cinta adalah suatu hal yang paling indah di dunia.” (hlm. 158).
            Suatu ketika Adam berencana untuk mengajak Livia jalan-jalan seharian. Mengelilingi kota New York bersama Adam. Mendengar bahwa Adam akan mengajaknya mengunjungi Empire State Building yang terkenal di New York itu, Livia tak bisa menolaknya. Karena Livia sangat menginginkannya. Jika Livia memberitahu kakaknya, tentunya Jeff tak akan mengizinkan Livia pergi. Jadi Livia tak memberitahu Jeff, tetapi hanya memberitahunya lewat surat yang ia tinggalkan dirumah. Ketika Jeff membaca pesan tersebut, Jeff terkaget dan khawatir. Ia langsung menelpon Livia. Lalu Livia mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja. Jeff tak perlu khawatir. Tapi tetap saja sebagai kakak, Jeff sangat khawatir dengan adiknya yang memiliki penyakit Leukimia itu. Ia takut jika Livia kenapa-kenapa.  Lalu Jeff berpesan kepada Adam untuk menjaga adiknya dengan baik. Dan Adam mengatakan iya kepada Jeff. Ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga Livia.
            Tapi apa boleh buat, jika ajal memang sudah di atur, maka tak ada yang bisa menghaanginya.  Tak lama setelah mereka berjalan-jalan dan melihat-lihat, Livia merasakan bahwa gedung yang ia lihat itu akan roboh dan matanya berkunang-kunang dan tak lama setelah itu, tangan Livia dingin dan ia jatuh pingsan. Adam sangat khawatir sekali saat itu, ia langsung menelpon kakaknya Livia, Jeff. Tetapi Livia melarangnya. Ketika melihat Livia pingsan, Adam merasa sangat bersalah. Ia merasa bahwa gara-gara ia yang mengajak Livia untuk berjalan-jalan, Livia terlau lelah dan jatuh pingsan.
            Tapi syukurlah, Livia masih sempat sadar sebelum ia meninggalkan semuanya. Livia dan keluarganya serta Adam kekasihnya, sempat memiliki waktu untuk mengobrol. Adam sangat terpukul melihat kondisi Livia yang semakin melemah. Adam meminta Livia untuk tidak meninggalkannya. Dan Livia mengatakan bahwa Livia sangat mencintainya. Tak lama setelah itu Livia meninggal. Adam mendapat kabar bahwa Livia terserang radang paru-paru dan antibiotic tak dapat menolongnya. Adam sangat terpukul. Begitu terpukul. Mengapa harus secepat ini Livia meninggalkannya? Mengapa ia tak diberi kesempatan untuk membahagiakan Livia sepenuhnya? Mengapa? Tetapi pertanyaan-pertanyaan itu membuat Adam sadar, bahwa jika memamng sudah ajalnya, tak seorang pun bisa memajukan atau memundurkannya. Adam tahu bahwa ibunya Livia pasti akan menyalahkannya, Adam sudah siap untuk dihukum oleh ibunya karenanya lah Livia menderita. Tetapi ternyata ibu Livia tidak memarahinya, justru ibu Livia dating menghampiri Adam dan memeluknya. Berusaha untuk menenangkannya. (hlm. 171).
                                                            ***
Bagaimana ending-nya? Kisah ini sebenarnya sangat dramatis, namun entah mengapa setitik air mata pun tak jatuh dari kelopak mata saya. Sekilas saya sempat tersentuh, namun tak lama menjadi biasa saja. Namun demikian, saya suka dengan karakter Livia dan Adam. Sejoli yang sama-sama menyimpan rasa, tapi sulit mengungkapkannya. Livia, sebagai seorang perempuan dan beban penyakitnya, enggan memulai. Sedangkan, Adam adalah teman Jeff yang merasa canggung harus mendekati adik sahabatnya, meski hatinya sudah terpaut pada Livia. Bagi saya, tarik ulur ini begitu manis, karena kecanggungan di antara keduanya merupakan refleksi keseharian.
Membaca novel ini justru akan menjadi penyemangat hidup bagi orang-orang memiliki penyakit yang sulit disembuhkan, karena semangat hidup yang dimiliki oleh tokoh Livia ini justru akan menjadi penambah penyemangat hidup. Karakternya yang penuh dengan rasa pantang menyerah. Tokoh Adam yang sangat setia pada sang kekasih dan dapat menerima kekasihnya dengan apa adanya ini sangat menarik sekali. Walau cerita ini hanya fiktif belaka, dapat kita pelajari maknanya bahwa sebagai lelaki yang gentlemen ialah lelaki yang tak akan membiarkan gadisnya dalam kondisi lemah. Cerita ini sebenarnya sederhana walau fiktif, tetapi mungkin diantara kalian yang membaca novel ini adalah salah satunya yang pernah mengalami kejadian serupa.
Namun di novel ini tak menjelaskan mengenai kehidupan Adam setelah ditinggal oleh kepergian Livia setelahnya yang justru akan membuat pembaca semakin penasaran, karena ceritanya yang menggantung. Tetapi dengan adanya pemaparan di akhir halaman bahwa Adam tak ingin terlalu tenggelam dalam kesedihan cinta yang berlarut-larut itu cukup memperjelas pembaca.
Dan dengan cover-nya yang menarik, seperti berwarna merah muda dan dengan gambar gadis yang termangu di depan komputernya, sangat memperlihatkan kehidupan remaja yang seperti sekarang ini.

0 komentar: